This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 17 Desember 2012

PEMDA BUNGO LAGI GALAU..

Galau kata-kata yang sering kita dengar belakangan ini mungkin bisa dilukiskan pada kondisi pemerintah Bungo saat ini.
saya mulai bercerita dari aktifitas saya hari ini, Bangun jam 05.30 saya belum langsung mandi, fikiran saya terarah ke disfenser memanaskan air agar sehabis mandi bisa menikmati kopi... kamar mandi di kontrakan saya cuma tiga langkah dari kamar tidur, sehabis mandi dan aktifitas wajib saya langsung kembali kedepan disfenser untuk menyeduh Cappucino yang saya beli tadi malam,
waktu menunjukkan 07.30 saya mulai berangkat dengan mengendarai sepeda motor saya menuju tempat kerja, sesampai di persimpangan bangunan bawah saya terhenti oleh lampu merah, tiba-tiba dua orang pedagang koran menghampiri lalu menawarkan koran yang berbeda, saya pilih Tribun Jambi karena lebih murah dan beritanya juga komplit, sampai ditempat kerja satu persatu rubrik saya baca dan sampai dirubrik ahir BUNGO REGION, saya kaget melihat berita utamanya tentang "Honorer Sedot Rp. 20 Miliar" saking kagetnya saya bersuara, gile daerahku.. ternyata teman dibelakangku mendengar dan di bilang, memang gua harus bilang wawww gitu..!!
ternyata pertanyaan2 teman diskusi saya selama ini benar adanya, angka 20 M untuk sebuah daerah berkembang seperti Kab. Bungo tentu tidak sedikit, akan banyak sektor pembangunan lain yang terganggu, kenapa..? APBD yang seharusnya tepat sasaran memungkinkan sebuah daerah menjadi maju dan masyarakat sejahtera, tidak untuk Kab. Bungo, sampai saat ini pemerintahan yang dipimpin SZ-MASHURI belum terlihat program-program terobosan yang langsung menyentuh masyarakat, masyarakat Bungo rata-rata berpenghasilan sebagai petani, Karet maupun Kelapa sawit yang bergantung dengan pasar dunia maupun kondisi alam, seperti saat ini, jelas penurunan pendapatan rata-rata masyarakat dikarenakan kondisi alam dan pasar dunia yang tidak menentu..
mungkin langsung saja dengan pokok yang akan saya bahas, PEMDA BUNGO LAGI GALAU,, mungkin masih tanda tanya bagi pembaca, mengapa Pemda Bungo Galau...???
kembali ke berita Tribun Jambi hari ini, angka 20 M angka yang besar untuk beban APBD, disatu sisi pemerintah telah menyediakan lapangan pekerjaan bagi 1500 tenaga honorer, disisi lain carut marutnya birokrasi baik soal pengangkatan tenaga honorer maupun pembagian kerja bagi tenaga honorer sampai saat ini tidaklah efektif dan efisien, menyediakan lapangan pekerjaan memang kewajiban negara (pemerintah) tidak terkecuali tenaga honorer..
tapi ada yang menarik mengenai tenaga honorer di pemerintah Bungo, tidak asing lagi bagi masyarakat bungo, tenaga honorer menjadi impian banyak masyarakat karena berharap akan diangkat menjadi PNS tetap itulah iming-iming yang beredar, masyarakat dibodohi oleh oknum-oknum yang memanfaatkan masyarakat untuk meraup uang masyarakat menambah pundi kekayaan oknum-oknum baik pejabat di Eksekutif, Legislatif maupun keluarga pejabat, tim sukses Bupati dan lain sebagainya, telah jadi rahasia umum, untuk jadi tenaga honorer di lingkungan pemda Bungo seorang tenaga honorer mesti mengeluarkan uang 15-20 juta kalau ingin masuk ke data bbest honor pemda, praktek ini telah berlangsung beberapa tahun belakangan ini dan sampai saat ini masih bisa ditemukan, mohon ma'af bagi anda yang saat ini tenaga honorer, saya hanya ingin mengajak berfikir realistis, karena ada oknum yang diuntungkan dibalik semua ini, sementara beban pemda bertambah karena membiayai tenaga honorer.
jika kita melihat, banyak tenaga honorer yang tidak jelas job kerja yang akhirnya ongkang-kaki di kantor samil menunggu waktu pulang, alasan wakil Bupati H. Mashuri dan kepala BKD M. Yusup hanyalah retorika menutup praktek mafia honorer di Kab. Bungo, alasan honorer sebagai penopang roda pemerintahan hanyalah kata-kata pembenaran pemerintah yang kotor, busuk dan tidak memiliki visi jelas..
saya memaklumi kebutuhan tenaga honorer di Kab. Bungo, tapi dengan angka 1500 sebuah angka yang fantastis yang penuh tanda tanya,
1. apakah PNS yang ada tidak mampu, rekrut PNS perlu dipertanyakan lagi
2. apakah pengangkatan honorer proyek Pejabat, Bupati/Wakil Bupati unt menambah pundi kekayaan = 100 honorer x 20 juta = Rp. 2000.000.000
3. atau apakah honorer dijadikan ajang balas jasa Bupati/Wakil bupati untuk tim sukses, keluarga atau koleganya
masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain tentu tidak cukup dibahas dalam tulisan ini..
melihat kondisi terkini, sudah seharusnya Pemerintah Bungo mulai mengefisien tenaga honorer, dan menyediakan lapangan pekerjaan disektor lain.. .
Jambi, 17 Desember 2012

Sabtu, 08 Desember 2012

MANAJEMEN AKSI

Merumuskan Formulasi Gerakan Mahasiswa, Aksi Sebagai Kekuatan Kontrol Moral dan Sosial
 Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Islam sebagaimana engkau adalah hanief (cenderung kepada kebenaran). Itulah fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu”
(QS Ar-Rum : 30)
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”
(QS Ali ‘Imron : 110)
Hidup adalah ikhlas dalam berfikir maupun bertindak, itulah aktualisasi tauhid”
(WM)
Mahasiswa merupakan salah satu dari beberapa kekuatan inti perubahan. Selain masyarakat yang di dalamnya terdapat petani, buruh serta para begundal pemerintahan yang mengabdikan diri kepada berhala neoliberalisme, mahasiswa adalah analis, fasilitator dan konsolidator sekaligus provokator dalam menjaga kedinamisan berjalannya Negara (pemerintahan). Oleh karena itu, untuk mengatasi berbagai persoalan yang muncul sebagai dampak dari salah satu bentuk ketidakpatuhan terhadap hukum objektif masyarakat (kesetaraan, keadilan, kesejahteran rakyat, dll), dibutuhkan sebuah formulasi gerakan sebagai konsep sekaligus secara teknis dapat menjadi pengawal utama berjalannya pemerintahan Indonesia. Dalam konteks ini, tokoh kuncinya adalah mahasiswa. Tentu saja bukan mahasiswa yang tidak hanya diam dalam melihat adanya penindasan terhadap kaum yang lemah.
Namun kita tidak akan mendiskusikan hal idealis di atas. Kita akan lebih menitiktekankan diskusi kita kali ini mengenai upaya-upaya apa sajakah yang mesti dilakukan oleh mahasiswa bersama masyarakat dalam mewujudkan perubahan sosial yang berkeadilan. Seringkali kita menyaksikan berbagai bentuk demonstrasi atau aksi yang dilakukan oleh mahasiswa, buruh, petani maupun kelompok masyarakat lain. Apakah sebenarnya aksi itu, bagaimana dan untuk tujuan apa aksi harus dilakukan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut marilah kita carikan jawabannya bersama-sama dalam diskusi kali ini.
Pengantar sederhana mengenai manajemen aksi
Manajemen Aksi merupakan sebuah system dan mekanisme (persiapan, masa waktu aksi, evaluasi serta tindak lanjut) yang jelas serta kongkret dalam sebuah aksi, baik massa maupun kelompok. Manajemen Aksi meliputi beberapa hal yang sangat penting, di dalamnya terdapat beberapa tahapan yang kesemuanya tidak dapat dinilai sederhana. Jadi yang dimaksud dengan manajemen aksi tidak sebatas sisten dan pengaturan serta perencanan persiapan pada saat melaksanakan aksi saja (yang selama ini hanya difahami sebagai persiapan untuk melakukan demonstarsi saja), namun merupakan sebuah formula yang utuh dan komprehensif, menyeluruh dan tidak parsial
Demonstrasi dan Aksi
Secara substansial, antara demonstrasi dan aksi memiliki makna yang sama. Hanya saja akan lebih halus dengan menggunakan kata aksi daripada demonstrasi. Sebab kata demonstrasi lebih memiliki persepsi negative, selalu diidentikkan dengan hal yang berbau kekerasan dan anarkhis (bakar-bakaran, menghancurkan gedung, penjarahan, dll). Meskipun demonstrasi tidak selalu seanarkhis seperti yang dibayangkan oleh banyak anggota masyarakat.
Tujuan Aksi
Salah satu bentuk penyampaian aspirasi kepada pemerintah serta penyampaian pesan kepada masyarakat adalah dengan melakukan aksi massa. Dalam negara yang berdemokrasi, aksi menjadi cara yang dilegalkan, oleh karena itu lembaga pendidikan seperti universitas juga harus berperan sebagai guardian of value dari pemerintah serta masyarakat. Mengapa cara yang dipilih adalah aksi ? karena aksi berdampak pada dua sisi, yakni sisi ketersampaian pesan kepada pihak yang diinginkan serta penyadaran masyarakat atas sebuah isu. Sehingga aksi masih menjadi cara yang relevan untuk dilakukan.
Tahapan-tahapan dalam aksi
Dalam melaksanakan aksi, harus mempertimbangkan beberapa hal penting. baik perangkat yang mesti dipersiapkan maupun tahapan-tahapan yang harus dilalui bersama. Aksi memiliki beberapa tahapan yang harus dilalui, antar lain:
  1. Pra Aksi, Persiapan yang dilakukan sebelum dilaksanakannya aksi tidak selalu dapat ditentukan dengan pasti berapa lam waktu yang dibutuhkan. Hal demikian lebih bersifat fleksibel. Di sini kita akan membahas beberapa persiapan penting sebelum aksi.
  1.  
    1. Persiapan dan pematangan issue
Mahasiswa harus memiliki kekuatan dalam pemikiran, termasuk dalam isu yang akan angkat, kaji sebuah isu dengan mendalam serta didukung data yang akurat agar pesan dan tuntutan yang disampaikan berbobot dan jelas, buat semacam focus group discussion dengan beberapa mahasiswa untuk menentukan dan memantapkan isu.
  1.  
    1. Membuat press release
Berisikan pesan dan tuntutan dari isu yang telah dibahas, sebisa mungkin pesan yang akan disampaikan terfokus dan jangan melebar jauh.
  1.  
    1. Mengumpulkan massa (estimasi)
Aksi membutuhkan massa, dan salah satu parameter keberhasilan aksi adalah semakin banyaknya massa yang hadir dalam aksi, semakin banyak massa yang hadir akan menjadi force power tambahan bagi kita untuk menunjukkan bahwa banyak orang yang telah memahami isu yang dibawa dan turut berperan dalam menyuarakan isu tersebut. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengumpulkan massa. Yang lebih penting adalah bagaimana semua faham tentang issu yang diangkat, sehingga massa yang ikut tidak hanya ikut-ikutan saja, tanpa memahami substansi issue yang diangkat.
  1.  
    1. Menghubungi media
Sangat dibutuhkan keberadaan media massa. Meskipun media massa memiliki “hidung” yang tajam, namun kita harus tetap harus menghubungi media. dengan demikian aksi yang dilakukan dapat dimuat dan lebih tersosialisasikan secara maksimal. Disamping media juga dapat dijadikan sebagai kontrol dalam meminimalisir tingkat represifitas aparat.
  1.  
    1. Mempersiapkan perangkat aksi
Perangkat aksi yang dibutuhkan antara lain ; spanduk atau baligo berisi pesan aksi, bendera lembaga yang mengusung aksi, press release untuk masyarakat luas,perangkat dokumentasi, poster untuk dibawa oleh peserta aksi, media publikasi tambahan untuk dibagikan ke masyarakat seperti leaflet atau pamflet, pengeras suara seperti TOA dan mobil sound system, dan identitas peserta aksi untuk memastikan aksi tidak disusupi, identitas ini seperti pengikat kepala atau jaket. Selain itu sebagai dinaminasi bisa juga disiapkan yel-yel atau lagu selama aksi yang berisikan pesan perjuangan mahasiswa dan pesan dari isu aksi yang dijalankan. Aksi teatrikal untuk menambah menariknya aksi bisa juga dilakukan.
  1.  
    1. Skenario dan pembagian peran
Menentukan arah dan rute aksi serta apa saja yang akan dilakukan. Pembagian peran diantara inisiator perlu juga dilakukan, siapa yang akan sebagai komandan lapangan, humas, P3K, dinamisator, orator, dan pengdokumentasi. Adanya pembagian peran ini diharapkan dapat membuat aksi terarah dan tertib.
  1.  
    1. Menghubungi pihak kepolisian untuk perizinan
Hal ini dilakukan supaya pihak aparat mengetahui dan melakukan pengaman ketika aksi dilaksanakan.
  1. Saat Aksi, merupakan tahapan aktualisasi dan perjuangan, karena segala sesuatu dapat berubah ketika sudah di lapangan, oleh karena itu peran koordinator lapangan sangat dibutuhkan agar segala sesuatu berjalan dengan baik. Banyak hal yang tidak terduga, seperti jadwal aksi yang tidak tepat waktu, massa yang tidak sesuai target, logistik aksi yang telat tiba, dan lainnya. Apapun yang terjadi di saat aksi, Don’t give up, go ahead. Beberapa hal yang biasa dilakukan selama berlangsungnya aksi antara lain:
  1. Membagikan pesan yang telah dibuat, seperti pamflet dan leaflet.
  2. Berorasi dalam perjalanan dan di tempat tujuan akhir, orasi adalah bagian dari penyampaian pesan aksi kepada masyarakat luas.
  3. Yel-yel dan menyanyikan lagu. Sebagai penyemangat massa aksi dan mendominasi/menguasai suasana/keadaan (situasi dan kondisi).
  4. Audiensi ke pihak yang dituju, dilakukan oleh perangkat aksi yang telah ditunjuk, negosiator maupun yang jago dalam beraudiensi.
  5. Pembacaan press release. Hal ini biasanya dilakukan pada akhir aksi dan diharapkan dapat diliput media agar pesan yang kita bawa dapat tersampaikan kepada khalayak luas.
  1. Pasca Aksi, Langkah terakhir dari aksi adalah pemulangan peserta, biasanya aksi tidak bubar di tempat dibacakannya press release untuk menimbulkan kesan “bubar setelah aksi”, biasanya peserta berjalan kembali ke tempat lain, baru membubarkan diri di tempat tersebut. Setelah aksi selesai, sebisa mungkin diadakan evaluasi aksi terkait ketersampaian pesan dan evaluasi teknis untuk menentukan langkah selanjutnya terkait perjuangan isu atau pesan yang disampaikan.
1.      Absensi, sebagai pemastian terhadap jumlah peserta aksi yang terlibat selama pelaksanan aksi. mengingat sering terjadinya kasus penangkapan bahkan penculikan terhadap beberapa aktifis tanpa alasan yang jelas.
2.      Evaluasi, untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dari aksi yang sudah dilaksanakan. Selain merupakan media dalam mengetahui kekurangan dan kelemahan aksi, juga sebagai bahan dalam melaksanakan analisa SWOT untuk aksi mendatang.
3.      Rekomendasi, dari hasil-hasil yang telah dicapai melalui aksi dapat dikerangkakan menjadi sebuah masukan untuk gerakan yang akan dilaksanakan selanjutnya.
Kondisi lapangan
Pada saat melaksanakan aksi, situasi dan kondisi di lapangan sangat tidak mudah untuk dipastikan. Bisa saja sesuai tepat dengan apa yang sudah direncakanan, namun terkadang seringkali terjadi chaos (bentrok). Bentrok seringkali terjadi dengan aparat kepolisian maupun kelompok lain yang kontra terhadap aksi yang kita laksanakan. Namun hal ini bukan berarti hal yang harus ditakuti. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kemampuan dalam mengadaptasikan diri terhadap situasi dan kondisi yang mungkin akan terjadi. Selain itu, pengintegrasian terhadap segala hal secara hati-hati juga dibutuhkan. Dalam artian, massa aksi khususnya coordinator umum dan coordinator lapangan harus mampu menentukan sikap terhadap situasi serta kondisi yang demikian. Sehingga massa aksi tidak cair dengan begitu saja.
Makalah ini hanya menyampaikan sedikit sekali hal sederhana menyangkut manajemen aksi, kita bisa lebih banyak mengerti ketika kita telah melakukannya. Sering terjadi, apa yang tertulis jauh berbeda dengan apa yang terjadi di lapangan. 
Sekian terimakasih....

Selasa, 27 November 2012

AKHMAD RAMADHAN

RIWAYAT HIDUP
NAMA       : AKHMAD RAMADHAN
TTL           : LUBUK LANDAI, 05 MARET 1989
ALAMAT   : DESA LUBUK LANDAI
HOBYY     : MASAK, MENULIS DAN BERFIKIR

PENGALAMAN ORGANISASI   : - PENDIRI LDK-ALWADDUD UNIVERSITAS BATANGHARI
                                                 - MAJELIS PERMUSYAWARATAN MAHASISWA UNBARI
                                                 - SEKUM HMI KOMISYARIAT FKIP UNBARI
                                                 - KABID PEMBINAAN UMAT HMI   KORKOM UNBARI
                                                 - KABID PTKP HMI CAB. JAMBI
                                                 - DEPARTEMEN BID PEMUDA DAN MAHASISWA KNPI PROV. JAMBI
                                                 - KETUA UMUM 2009-2011 HIMPUNAN MAHASISWA BUNO-JAMBI
                                                 - KETUA UMUM KOMUNITAS PENCINTA MUSEUM JAMBI


                                                 - PENGURUS IKATAN KELUARGA BESAR BNG-JAMBI

SEKILAS TENTANG ADAT ISTIADAT SERTA KEBUDAYAAN BUNGO



KARAKTERISTIK WILAYAH KABUPATEN MUARA BUNGO
Wilayah adat Kabupaten Bungo yang kini kita kenal Kaabupaten Bungo pada masa pemerintahan Belanda dahulu, termasuk kedalam wilayah bekas Onder Afdeeling Muara Bungo. Disamping itu, sudah diketahui bahwa penduduk yang mendiami atau berdiam dalam bekas Onder Afdeeling Muara Bungo, menyebut dirinya orang batin.
Menurut H. M. Thaib, RH anggota penasehat Lembaga Adat Privinsi Jambi, dalam makalahnya menyebutkan orang batin itu adalah penduduk asli yang berasal dari Melayu Tua yang mendiami anak-anak sungai Batanghari.
1.2.1.     Pola pemukiman
Pada umumnya rumah di pemukiman asal ( desa ) berbentuk rumah adat, atapnya berbentuk kajang lako dengan bubung lekung. Rumah adat ini bertiang tinggi dan tiak terletak di atas sendi batu. Dibawah rumah adat menyimpan barang – barang atau keperluan rumah tangga.
1.2.2.     Adat membangun rumah
Pembangunan diatas tanah batin harus memberitahu kepala dusun atau Rio, dan tetap milik dan langsung diurus atau dipegang oleh batin.
Ada beberapa persyaratan penegakan rumah, yaitu memotong hewan dan darahnya dipercikkan pada tiang tengah, ada gantungan kelapa, tebu, pisang dan lain – lain, namun syarat – syarat seperti ini telah beransur menghilang. Begitu pula dari bentuk rumah itu sendiri, dari bentuk    bertiang tinggi, kini rumah itu tidak bertiang lagi ( disebut rumah depok )
1.2.3.     Kebudayaan tanah Adat/Marga/Ulayat
Di Kabupaten Bungo tanah Adat atau batin masih ada, pertama ; tanah – tanah menurut sepanjang batang air ke hilir dan ke hulu dusun, itu tanah batin untuk empat anak negeri, baumo atau beladang, tidak boleh ditanam dengan tanaman keras dan kedua ; hutan rimbo di talang itu kepunyaan batin setempat, menurut batas – batas tertentu dengan daerah – daerah sepadannya, keair nan bepadan lentak, ke darat nan bersepadan mentaro.
1.2.4.     Adat secara umum
Secara umum norma dan nilai adat istiadat yang dianut masyarakat Kabupaten Muara Bungo relatif sama dengan Kabupaten lain dalam Provinsi Jambi yaitu ”adat bersendi sarak, sarak bersendi kitabullah, sarak mengato adat memakai”. Namun demikian perbedaan – perbedaan itu terletak pada dialeg dan perbedaan arti atau pemakaian kata – kata tertentu yang dalam adat dikenal dengan ”adat samo iko pakai balain”. Oleh karena itu adat dipegang oleh ninik mamak secara turun temurun dan dipatuhi oleh penduduk yang berdiam dalam wilayah persekutuan Hukum Adat Bungo. Adat Istiadat itu tidak pernah bertentangan dengan peraturan-peraturan pemerintah, karena antara nenek mamak selaku pemegang adat selalu ada kerja sama dan saling pengertian dengan pihak pemerintah. Yang dikenal dengan seloko adat yang berbunyi : Adat ditangan Nenek Mamak Undang ditangan Rajo ( Pemerintah ).
Sebagai penuntun perikehidupan dalam masyarakat adil dan makmur, bahagia lahir batin didunia dan akhirat, maka dikenal dengan seloko adat yang berbunyi : Adat bersindi syarak, syarak bersendi kitabullah. Syarat mengato, adat memakai
Kedua seluko adat tersebut diatas memperlihatkan jalinan yang erat antara adat, agama dan aturan pemerintah. Demikian pula, antara pemimpin adat, ulama dan pemerintah. Dalam bahasa adat, ikatan yang erat itu disebut Tali nan bapintal tigo.
1.3. ADAT ISTIADAT DALAM MASA TRANSISI
Adat istiadat telah terbukti mampu mempersatukan masyarakat dalam menata kehidupan lebih baik, sopan, santun yang berdasarkan ” adat bersendi syara, sara bersendi kitabullah”.
Upacara – upacara adat di Kabupaten Muara Bungo pada pokoknya terdiri dari tiga macam :
1.     Upacara yang bersifat religius magis
2.     Upacara yang bersifat kebesaran
3.     Upacara yang bersifat karya
Keterkaitan dengan sociobiologis terutama merawat anak dan pendidikannya bahwa didalam adat dikatakan, baris di jawat dari nan tuo, halifah dijunjung dari nabi, manalah waris nan dijawat dari nan tuo utang/kewajiban orang tua kepada anak sebagai berikut
1.     Nuak ( nujuh bulan ) dan diazankan dikuping setelah anak lahir
2.     Mandi kayik ( akikah )
3.     Tindik dabung
4.     Sunat Rasul
5.     Mengantar anak mengaji ( pendidikan ) setelah berumur 7 tahun
6.     Mengantar anak kerumah tangga
Bahwa pada setiap kegiatan acara mulai dari nuak azan bayi baru lahir, mandi kayik, cukuran, akikah, tindik dabung dan sunat Rasul senantiasa diadakan acara – acara khusus, dan mempunyai makna – makna tersendiri, dimana sejak awal telah di isi dengan nuansa pendidikan agama. Sebagai cikal bakal membentuk pribadi yang luhur, bertaqwa, sopan santun, dengan arti kata mulai dari kandungan sudah dilakukan dengan didikan rohani dan jasmani dalam membentuk jati diri sebagai insan yang berbudi luhur dan bersopan santun terhadap kedua orang tua dan masyarakat dalam mengarungi kehidupan didunia dan akhirat, sesuai dengan tuntutan adat dan syara. ( Lembaga Adat Provinsi Jambi, 2003 : 81 )

SEJARAH DUSUN LUBUK LANDAI


 TANAH PILIH

DUSUN LUBUK LANDAI
Desa atau Dusun tuo lubuk landai merupakan sebuah Dusun yang dahulunya memiliki jumlah penduduk yang cukup padat serta wilayah yang luas, maka sudah sepatutnya Dusun ini di mekarkan, maka dari proses pemekaran ini lahirlah beberapa Dusun diantaranya Dusun Sungai Lilin, Dusun Pematang Panjang, Dusun Pasar Lubuk Landai, Dusun Sungai Gambir dan Dusun Tebing Tinggi. Namun walaupun telah dimekarkan adat istiadat dan budaya dari beberapa Dusun ini masih sama tentunya karena masih dari satu keturunan yang nantinya akan diceritakan dalam tulisan dibawah.
Salah satu tradisi yang masih tetap dipertahankan oleh beberapa Dusun hasil pemekaran ini yaitu, pada tradisi Ziarah yang dilaksanakan pada setiap hari kedua Lebaran Idul Fitri maka akan dilakukan ziarah bersama dan untuk pembacaan tahlil akan dibagi dari setiap pegawai syara tiap Dusun.

Sejarah dibukanya Dusun Lubuk Landai
          Daerah Tanah Sepenggal dahulunya didatangi pendatang  yang berasal dari Mataram pulau Jawa. Pendatang ini dipimpin oleh seseorang yang bernama. Pangeran Mangkubumi lihatlah ( Sejarah Indonesia, pustaka Jakarta dewata halaman 125 ), kebenaran tentang penguasa masyarakat tanah leluhur dengan kampung halamannya. Menuju tanah seberang, ialah tanah Jambi berpisah dengan famili, saudara / kerabatku, menurut cita – cita. Kok kata orang tua – tua kehendak hati mati, kehendak mata buta, ya Allah bila aku mati di negeri orang, aku tidak sesal, bila aku dipanjangkan umurku pasti aku kembali kekampung halaman ku, aku mengembara di rantau orang, aku pergi ada lima syarat manfaat, begitu terkenang kampung yaitu :
A.    Menghilangkan kesedihan
B.    Menatapkan kehidupan anak pinak di daerah Jambi
C.    Menuntut ilmu dunia wal akhirat
D.    Mengagungkan jiwa dan dapat bergaul dengan orang besar dan ber’akhlak
E.    Berakhlak luhur
Menyusul pendatang baru 1749
Penyusul pendatang baru ini adalah Pakubuwono, beliau merupakan keponakan dari pangeran Mangkubumi yang sebelumnya sudah berada di tanah Jambi. Pakubuwono mendengar tutur dari ibunya mengenai pamannya Mangkubumi yang terang – terangan melawan penjajahan Belanda. Mendengar penuturan itu maka Pakubuwono berkeinginan menyusul pamannya di Tanah Jambi, maka Pakubwono berucaplah kepada ibunya memohon izin untuk menyusul pamannya dan menyampaikan kepada ibunya bahwa :
1.     Tulus ikhlas memihak dengan pamannya
2.     Sedia mengikuti jejak kepergian pamannya
3.     Mohon beri bantuan sebagai berikut :
-        Sebuah sampan layar serbaguna
-        Para pembantu berlayar yang berpengalaman dan dipercayai
-        Perbekalan / biaya secukupnya
-        Tuntunan pengarahan demi keselamatan
Dengan permohonan Pakubuwono sedemikian, bagi ibunya tidak menyanggah, hanya ibunya meminta bersabar menunggu untuk mempersiapkan hal tersebut. seminggu kemudian segala sesuatu telah disiapkan dan pada malam sebelum berangkat dibuatlah acara do’a bersama untuk keselamatan rombongan Pakubuwono dan agar Pakubuono dipertemukan dengan pamannya Pangeran Mangkubumi.
Pakubuwono dan rombongan berangkat
Dengan seorang adik perempuannya yang kecil beserta rombongan, selanjutnya mereka berangkat. Keberangkatan itu terjadi pada awal tahun 1749. Dari Surakarta menuju semarang selanjutnya bertolak dari Semarang melalui lautan Jawa dengan sampan layar serbaguna yang terukir rapi.
Dengan terus berlayar akhirnya rombongan Pakubuwono sampai di selat Berhala dan terus masuk ke Sungai Batanghari, sampan terus berjalan sampailah di Ujung Jabung ( Tanjung Jabung Timur sekarang ). Berhentilah mereka di situ dan bermalam, disitu mereka bertemu Paduka Orang Kayo Hitam, Pakubuwono bertanya kepada Orang Kayo Hitam apakah ada Jukung dan sampan dari Mataram yang lewat sini?. Kemudian Orang Kayo Hitam menyampaikan bahwa Jukung dari Mataram yang dibawa Pangeran Mangkubumi dahulu terdampar diseberang sana, dan sudah ditimbuni pasir selanjutnya rombongan itu berangkat ke hulu sungai dengan memakai 4 buah sampan baru yang dibeli di sini. Setelah itu yang saya ketahui ucap Orang Kayo Hitam antara lain
-        Rombongan Inggo Dilogo hulu balang Raja Mataram
-        Sampan rombongan Sri Tanwah
-        Sampan Rombongan Sko Berajo
-        Sampan Rombongan Rio Anoom
-        Yang paling terdahulu melewati ini yaitu rombongan Rio Kunci Rambah, dikala itu Buwono mungkin belum lahir.
Peristiwa dikampung gedang
Setelah dekat kampung gedang Seberang Jambi, Pakubuwono langsung melepaskan sepasang bebek, ternyata bebek tersebut lebih cepat dari perjalanan sampan rombongan Pakubuwono. Bebek tersebut menepi di Tanjung Pasir, dengan demikian rombonganpun ikut berhenti di Tanjung Pasir tersebut untuk istirahat bermalam. Dalam rangka itu adik kecil Pakubuwono menangis tidak mau bersampan lagi dan selalu berteriak memanggil ibu, sehingga susah rombongan membujuknya untuk diam. Setelah itu datanglah seorang ibu kesampan rombongan Pakubuwono ibu tersebut mengatakan kasihan pada anak kecil yang tidak mau berhenti menangis, ibu tersebut ingin membujuknya, Pakubuwono mempersilahkan ibu tersebut membujuk adiknya. Ternya usaha ibu tersebut berhasil dan adik Pakubuwono tersebut berhenti menangis. Ibu tersebut selanjutnya berpamitan dengan Pakubuwono untuk kembali kerumahnya karena ingin sholat maghrib namun adik Pakubuwono tidak mau ditinggalkan oleh ibu tersebut dan pada akhirnya Pakubuwono membolehkan ibu tersebut membawa adiknya kerumah ibu tersebut, Pakubuwono pun ikut kerumah ibu tersebut untuk menjaga adiknya.
Keesokan harinya Pakubuwono kembali membujuk adiknya dan bertujuan melanjutkan perjalanan ke hulu sungai, namun adiknya tetap tidak mau untuk ikut dan ibu tersebut kembali mengatakan ke Pakubuwono agar tidak memaksa adiknya untuk ikut, ibu bersedia menjaga adikmu seperti anak ibu sendiri dan Pakubuwono ibu anggap sebagai anak pertama ibu. Dengan demikian Pakubuwono mengucapkan terimakasih atas kebaikan dan keikhlasan ibu tersebut, Pakubuwono menitipkan adiknya kepada ibu tersebut dan Rombongan Pakubuwono kembali melanjutkan perjalanan.
Pada adik perempuan Pakubuwono tersebut, ada sesuatu yang diserahi oleh ibu mereka sewaktu di Surakarta, yaitu ”Caping Sang Sko”. Suatu benda yang sejak dahulu turun – temurun  dipakai oleh pihak perempuan.
Pakubuwono berjabat tangan dengan pamannya Pangeran Mangkubumi
Sampan rombongan Pakubuwono berangkat dari Kampung Tanjung Pasir memang berkeadaan penuh sesak oleh berbagai bibit tanaman dan makanan seperti pisang, nanas, tebu, jagung, ketimun, labu dan sebagainya. Namun hal itu tidak merintangi para rombongan untuk mendayung sampan tersebut, berhari – hari dan sampailah di Kampung Banjar Bugis. Disana Pakubuwono dan dua orang pembantunya langsung naik kekampung tersebut. tampaklah oleh mereka beberapa rumah namun hanya satu rumah yang terlihat ada penghuninya karena ada jemuran di dekat rumah tersebut sebuah celana dan potongan baju berwarna merah jambu berukuran besar, Pakubuwono dan dua orang pembantunyapun heran melihat ukuran pakian besar tersebut Pakubuwono mengira itu adalah pakaian pamanya Pangeran Mangkubumi. Kemudian Pakubuwono mengucapkan salam di depan rumah tersebut dan terdengarlah sambutan salam dari dalam rumuh tersebut, setelah berhadapan langsunglah berjabat tangan dan Pakubuwono memperkenalkan namanya serta menyebutkan kalai dia putera dari Pangeran Pakubuwono ke II Surakarta, pamannyapun termenung mendengar ucapan Pakubuwono. Kemudian Pangeran Mangkubumi meminta Pakubuwono menunjukkan bukti kalau mereka memang benar dari Mataram, sebagaimana para penyusul yang datang duluan, yaitu Rio Anoom. Namun Pakubuwono tidak dapat menunjukkan bukti karena bukti tersebut ada pada adiknya yang telah ditinggalkan di Tanjung Pasir.
Karena pamannya masih ragu, Pakubuwono kembali mengajak rombongan untuk melanjutkan perjalanan, setelah melewati Keluk Kucing Tidur tidak jauh dari tempat tersebut terlihatlah kepalak guntung lago, yaitu air terjun jatuh masuk kesungai jelas pula terlihat tebing bernapalan seolah – olah di beton, ( sekarang berada di tepian mandi Kampung Kapas ).
Pakubuwono berhenti di lokasi tanah pilih sesuai menurut tuntunan
Akhirnya Pakubuwona menyatakan cukup sampai disini kita bersampan, dan disini pula kita beristirahat bermalam. Pakubuwono meminta kepada rombongan untuk menebang dan membersihkan lahan tersebut selanjutnya ditanami bibi – bibit tanaman yang mereka bawa. Selanjutnya rombongan membuat pondok penjaga seperlunya untuk tempat tinggal dan menghindari dari serangan musuh seperti binatang buas.
Selanjutnya pangeran Mangkubumi mengetahui rombongan Pakubuwono telah berada ditempat tersebut, datanglah Pangeran Mangkubumi ketempat tersebut lalu pangeran Mangkubumi memarahi Rombongan Pakubuwono karena telah menebas pepohonan yang merupakan kebun kapas milik Pangeran Mangkubumi, pohon kapas tersebut sudah diganti dengan tanaman yang dibawa oleh rombongan Pakubuwono. Pangeran Mangkubumi mengusir rombongan Pakubuwono dari tempat tersebut namun rombongan Pakubuwono tidak mau, akhirnya Pangeran Mangkubumi kembali kerumahnya di Kampung Banjar Bugis.
Selanjutnya Pangeran Mangkubumi kembali mengutuskan orang berkali – kali untuk menyampaikan kepada Pakubuwono agar meninggalkan tempat tersebut sampai 7 kali Pangeran Mangkubumi mengutuskan orang namun Pakubuwono tetap pada pendiriannya, pada saat itu telah berdiri 11 buah rumah.
Akhirnya pada awal tahun 1754 Pangeran Mangkubumi mendirikan Balai Panjang Tanah Sepenggal pada lokasi Keluk Kucing Tidur, berlokasi di seberang pulau Sri Bulan di baruh Desa Tanah Periuk sekarang. Begitu selesai langsung diresmikan dan PangeranMangkubumi langsung dinobatkan sebagai Sri Raja Tanah Sepenggal terhitung mulai awal tahun 1754.
Selanjutnya langsung mengadakan sidang pertama yaitu masalah padang kapas Pangeran Mangkubumi yang ditebang oleh Pakubuwono, sidang dipimpin oleh tuo Negeri Kampung Gedang Tanjung Pasir yang telah dinobatkan jadi Raja Pulau Dusun Manggis bernama Wan Oemar. Hasil sidang tersebut mempersoalkan tindakan Rombongan pendatang baru yang dipimpin Pakubuwono, sehingga dikenakan ”yang delapan penuh serta denda” menurut ketentuan adat yang berlaku. Selanjutnya langsung dikantap kepada kedua belah pihak yaitu, Pangeran Mangkubumi dan Pakubuwono selaku ketua rombongan. Putusan tersebut diterima oleh kedua belah pihak namun Pakubuwono meminta beberapa hal antara lain :
1.     Mohon beri tangguh pembayaran
2.     Mohon mohon beri izin untuk kembali ke Mataram demi kepentingan tersebut
Dengan demikian ketua sidang kembali bermusyawarah dengan Pangeran Mangkubumi mengenai permohonan Pakubuwono, setelah bermusyawarah akhirnya Pangeran Mangkubumi mempersilahkan Pakubuwono untuk kembali ke Mataram.
Pakubuwono kembali ke Mataram
Pakubuwono bersama 3 orang pembantunya berangkat menuju Mataram dengan sampan layar serbaguna, sampai di Mataram langsunglah Pakubuwono menuju rumah ibunya, ternyata saat itu ibunya sedang sakit dan Pakubuwono langsung sujud memohon maaf kepada ibunya. Pakubuwono menyampaikan maksud dan tujuannya kembali ke Mataram yaitu :
Ø  Untuk mengambil sesuatu demi keperluan untuk kenduri peresmian Negeri dan pemakaian 11 rumah yang dibangunnya di lokoasi Tanah Pilih.
Ø  Mengundang kesenian bende Mataram beberapa orang saja karena dibatasi sampan yang dibawanya dari Tanah Pilih hanya 1 buah.
Mendengar penyampaian Pakubuwono ibunya menyetujui permintaan Pakubuwono, sore harinya Pakubuwono pergi kerumah ketua kesenian Bende Mataram. Pakubuwono disambut baik bahkan dismbut dengan iringan kesenian bende Mataram tersebut, setelah itu Pakubuwono menyampaikan maksunya untuk mengundang beberapa orang pemain kesenian Bende Mataram untuk ikut dengannya ke lokasi Tanah Pilih dikarenakan Pakubuwono akan meresmikan Negeri dan pemakaian 11 buah rumah. Ketua kesenian menganggap perlu semua tim dari kesenian tersebut ikut dengan Pakubuwono, namun Pakubuwona kembali menyampaikan kalau perahu yang mereka bawa tidak cukup untuk semua tim kesenian tersebut dan akhirnya ketua kesenian mengusulkan untuk membawa perahu milik tim kesenian, Pakubuwono pun sangat senang dengan usulan ketua kesenian tersebut. akhirnya Pakubuwono bersama rombongan seni berangkat menuju tanah seberang tanah pilih.
Didalam perjalanan sesampai di sungai mancur pada malam hari rombongan memainkan kesenian Sende Mataram sambil terus menerus bernyanyi dan berperahu, terdengarlah Pangeran Mangkubumi dan terbangun dari tidurnya suara nyanyian dan pukulan gung dengan merdunya, terahir terdengar 3 kali letusan meriam Pangeran Mangkubumi tahu kalau Pakubuwono sudah kembali.
Pertemuan Pangeran Mangkubumi dengan ketua kesenian
Pada pagi hari setelah kedatangan Pakubuwono Pangeran Mangkubumi berkunjung ke tanah pilih dan bertemu ketua kesenian yang merupakan paman Pakubuwono juga yaitu adik dari ibu Pakubuwono, dengan demikian mantaplah perbincangan antara kedua paman Pakubuwono tersebut. Dalam pertemuan singkat ini Pangeran Mangkubumi bertanya kepa Ketua kesenian apakah maksud yang disampaikan Pakubuwono kepada ketua kesenian sehingga mengundang kesenian sende Mataram, ketua kesenian menjawab bahwa Pakubuwono bermaksud merismikan negeri dan pemakaian 11 rumah.
Akhirnya kedua paman Pakubuwono ini bersepakat untuk menjodohkan Pakubuwono dengan Sri Ratu Daya Rani yang juga merupakan anak dari ketua kesenian yang berarti saudara sepupu Pakubuwono, kemudian Pakubuwono dilengkapi dengan Pakubuwono ke III karena dia adalah Putera pertama Sri Sultan Pakubuwono II. Perjodohan bermaksud sesuai dengan istilah ”jadi masih serumpun kepah yang tinggi / sepucuk jalo panjang” mudah – mudahan suatu saat mempunyai keturunan yang soleh dan solehah dalam meneruskan perjuangan.
Membayar hutang dan denda
Untuk menepati janji yang telah disanggupi Pakubuwono bersama 2 orang pengiringnya berangkat menuju balai panjang menemui Pangeran Mangkubumi yakni Desa Tanah Periuk sekarang. Akhirnya dapat bertemu langsung dengan Pangeran Mangkubumi dihadapan Wan Oemar ketua sidang dan datuk Rio Anoom abdi masyarakat Tanah Sepenggal, setelah hutang dan denda di bayar, Pakubuwono menyampaikan niatnya untuk melakukan peresmian Desa dan rumah yang dibangunnya di lokasi tanah pilih Lebak Landai.
Pangeran Mangkubumi langsung membantah jika Cuma dua unsur tersebut yang diresmikan maka belum wajar, maksu dari Pangeran Mangkubumi ialah ingin menikahkan Pakubuwono dengan Sri Ratu Daya Rani sesuai perundingan Pangeran Mangkubumi dengan ketua kesenian yang juga paman dari Pakubuwono, dan Pakubuwono pun mengikuti apa yang diinginkan oleh kedua pamannya tersebut.
Kenduri diadakan selama tiga hari tiga malam terhitung mulai tanggal 11 – 13 Maret 1754 dengan mengundang beberapa tamu seperti :
Ø  Pemuka masyarakat Bilangan V /VII
Ø  Pemuka masyarakat Jujuhan
Ø  Pemuka masyarakat VII Koto
Ø  Pemuka masyarakat Bati II
Ø  Pemuka masyarakat Batin III Ilir
Ø  Pemuka masyarakat Batin III
Ø  Pemuka masyarakat Batin VII
Ø  Pemuka masyarakat Teluk Rendah
Ø  Pemuka masyarakat Kampung Gedang Tanjung Pasir
Ø  Pemuka Masyarakat Tahtul Yaman
Ø  Kesenian melayu
Ø  Anak negeri nan VIII dalam Tanah Sepanggal
Pada tanggal 11 Maret 1754 sukses melakukan peresmian tiga serangkai yaitu :
1.     Peresmian negeri yang diberi nama Lebak Landai selanjutnya berubah menjadi Lubuk Landai.
2.     Peresmian pemakaian 10 buah rumah adat Balembago dan 1 buah rumah gedang.
3.     Pernikahan Pakubuwono III dengan Sri Ratu Daya Rani.
Selama tinggal di Lubuk Landai Pakubuwono dan Dayang Rani mendapat 5 orang anak, 1 orang laki-laki dan 4 orang perempuan.
1)    Kali Urai
2)    Meh Mato
3)    Meh Baik
4)    Meh Urai
5)    Rajo Nita, beliau meninggal waktu kecil umur 6 tahun
Pakubuwono wafat di Lubuk Landai Dimakamkan di Kampung Betung Dusun Lubuk Landai. Itulah cerita singkat yang penulis saudara Akhmad Ramadhan dapatkan dari orang-orang tuo dan catatan yang ditulis oleh nenek Yahya H. Ali dan nenek Husin Dja’afar, memang masih banyak kekurangan – kekurangan dalam penulisan ini, penulis berharap kedepan akan ada penelitian yang lebih mendalam terhadap Pakubuwono dan Sejarah Dusun Lubuk Landai ini.
Penulis merupakan putra asli dari Dusun Lubuk Landai, dengan nama lengkap AKHMAD RAMADHAN sering dipanggil CIK DODON lahir di Lubuk Landai 5 Maret 1989, beliau merupakan anak dari Usman (keng) Alm dan Sopiah Alm. Masa kecil sampai dengan menamatkan Sekolah Menengah Atas diselesaikannya di Dusun Lubuk Landai, kemudian beliau menyelesaikan Sarjananya di Program Studi Pendidikan Sejarah di Universitas Batanghari Jambi. Beliau sangat berharap ada kepedulian dari pemerintah untuk memperhatikan hal – hal yang berkenaan dengan jati diri, sejarah dan budaya tidak hanya Dusun Lubuk Landai tapi seluruh Dusun yang berada dalam Kabupaten Bungo, tentunya kepada seluruh pemuda Dusun Lubuk Landai sudah sepatutya mengetahui cerita dari Sejarah keberadaan asal usul Masyarakat Lubuk Landai.
Kalau bukan kita siapa lagi yang akan peduli dengan daerah kita.. Lubuk Landai Desaku, Lubuk Landai tempat kelahiranku, akan aku jaga kelestariamu selalu