This is default featured post 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured post 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured post 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured post 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured post 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Senin, 17 Desember 2012
Sabtu, 08 Desember 2012
MANAJEMEN AKSI
Merumuskan
Formulasi Gerakan Mahasiswa, Aksi Sebagai Kekuatan Kontrol Moral dan Sosial
“Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
Islam sebagaimana engkau adalah hanief (cenderung kepada kebenaran). Itulah
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu”
(QS Ar-Rum :
30)
“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”
(QS Ali
‘Imron : 110)
“Hidup
adalah ikhlas dalam berfikir maupun bertindak, itulah aktualisasi tauhid”
(WM)
Mahasiswa
merupakan salah satu dari beberapa kekuatan inti perubahan. Selain masyarakat
yang di dalamnya terdapat petani, buruh serta para begundal pemerintahan yang
mengabdikan diri kepada berhala neoliberalisme, mahasiswa adalah analis,
fasilitator dan konsolidator sekaligus provokator dalam
menjaga kedinamisan berjalannya Negara (pemerintahan). Oleh karena itu, untuk
mengatasi berbagai persoalan yang muncul sebagai dampak dari salah satu bentuk ketidakpatuhan
terhadap hukum objektif masyarakat (kesetaraan, keadilan, kesejahteran rakyat,
dll), dibutuhkan sebuah formulasi gerakan sebagai konsep sekaligus secara
teknis dapat menjadi pengawal utama berjalannya pemerintahan Indonesia. Dalam
konteks ini, tokoh kuncinya adalah mahasiswa. Tentu saja bukan mahasiswa yang
tidak hanya diam dalam melihat adanya penindasan terhadap kaum yang lemah.
Namun kita
tidak akan mendiskusikan hal idealis di atas. Kita akan lebih menitiktekankan
diskusi kita kali ini mengenai upaya-upaya apa sajakah yang mesti dilakukan
oleh mahasiswa bersama masyarakat dalam mewujudkan perubahan sosial yang
berkeadilan. Seringkali kita menyaksikan berbagai bentuk demonstrasi atau aksi
yang dilakukan oleh mahasiswa, buruh, petani maupun kelompok masyarakat lain.
Apakah sebenarnya aksi itu, bagaimana dan untuk tujuan apa aksi harus
dilakukan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut marilah kita carikan jawabannya
bersama-sama dalam diskusi kali ini.
Pengantar sederhana mengenai
manajemen aksi
Manajemen
Aksi merupakan sebuah system dan mekanisme (persiapan, masa waktu aksi,
evaluasi serta tindak lanjut) yang jelas serta kongkret dalam sebuah aksi, baik
massa maupun kelompok. Manajemen Aksi meliputi beberapa hal yang sangat
penting, di dalamnya terdapat beberapa tahapan yang kesemuanya tidak dapat
dinilai sederhana. Jadi yang dimaksud dengan manajemen aksi tidak sebatas
sisten dan pengaturan serta perencanan persiapan pada saat melaksanakan aksi
saja (yang selama ini hanya difahami sebagai persiapan untuk melakukan
demonstarsi saja), namun merupakan sebuah formula yang utuh dan komprehensif,
menyeluruh dan tidak parsial
Demonstrasi dan Aksi
Secara
substansial, antara demonstrasi dan aksi memiliki makna yang
sama. Hanya saja akan lebih halus dengan menggunakan kata aksi daripada
demonstrasi. Sebab kata demonstrasi lebih memiliki persepsi negative, selalu
diidentikkan dengan hal yang berbau kekerasan dan anarkhis (bakar-bakaran,
menghancurkan gedung, penjarahan, dll). Meskipun demonstrasi tidak selalu
seanarkhis seperti yang dibayangkan oleh banyak anggota masyarakat.
Tujuan Aksi
Salah satu
bentuk penyampaian aspirasi kepada pemerintah serta penyampaian pesan kepada
masyarakat adalah dengan melakukan aksi massa. Dalam negara yang berdemokrasi,
aksi menjadi cara yang dilegalkan, oleh karena itu lembaga pendidikan seperti
universitas juga harus berperan sebagai guardian of value dari
pemerintah serta masyarakat. Mengapa cara yang dipilih adalah aksi ? karena
aksi berdampak pada dua sisi, yakni sisi ketersampaian pesan kepada
pihak yang diinginkan serta penyadaran masyarakat
atas sebuah isu. Sehingga aksi masih menjadi cara yang relevan
untuk dilakukan.
Tahapan-tahapan
dalam aksi
Dalam
melaksanakan aksi, harus mempertimbangkan beberapa hal penting. baik perangkat
yang mesti dipersiapkan maupun tahapan-tahapan yang harus dilalui bersama. Aksi
memiliki beberapa tahapan yang harus dilalui, antar lain:
- Pra Aksi, Persiapan yang dilakukan sebelum dilaksanakannya aksi tidak selalu dapat ditentukan dengan pasti berapa lam waktu yang dibutuhkan. Hal demikian lebih bersifat fleksibel. Di sini kita akan membahas beberapa persiapan penting sebelum aksi.
- Persiapan dan pematangan issue
Mahasiswa
harus memiliki kekuatan dalam pemikiran, termasuk dalam isu yang akan angkat,
kaji sebuah isu dengan mendalam serta didukung data yang akurat agar pesan dan
tuntutan yang disampaikan berbobot dan jelas, buat semacam focus group discussion
dengan beberapa mahasiswa untuk menentukan dan memantapkan isu.
- Membuat press release
Berisikan
pesan dan tuntutan dari isu yang telah dibahas, sebisa mungkin pesan yang akan
disampaikan terfokus dan jangan melebar jauh.
- Mengumpulkan massa (estimasi)
Aksi
membutuhkan massa, dan salah satu parameter keberhasilan aksi adalah semakin
banyaknya massa yang hadir dalam aksi, semakin banyak massa yang hadir akan
menjadi force power tambahan bagi kita untuk menunjukkan bahwa banyak
orang yang telah memahami isu yang dibawa dan turut berperan dalam menyuarakan
isu tersebut. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengumpulkan massa. Yang
lebih penting adalah bagaimana semua faham tentang issu yang diangkat, sehingga
massa yang ikut tidak hanya ikut-ikutan saja, tanpa memahami substansi issue
yang diangkat.
- Menghubungi media
Sangat
dibutuhkan keberadaan media massa. Meskipun media massa memiliki “hidung” yang
tajam, namun kita harus tetap harus menghubungi media. dengan demikian aksi
yang dilakukan dapat dimuat dan lebih tersosialisasikan secara maksimal.
Disamping media juga dapat dijadikan sebagai kontrol dalam meminimalisir
tingkat represifitas aparat.
- Mempersiapkan perangkat aksi
Perangkat
aksi yang dibutuhkan antara lain ; spanduk atau baligo berisi pesan
aksi, bendera lembaga yang mengusung aksi, press release untuk
masyarakat luas,perangkat dokumentasi, poster untuk dibawa oleh
peserta aksi, media publikasi tambahan untuk dibagikan ke masyarakat seperti leaflet
atau pamflet, pengeras suara seperti TOA dan mobil sound system,
dan identitas peserta aksi untuk memastikan aksi tidak disusupi,
identitas ini seperti pengikat kepala atau jaket. Selain itu sebagai
dinaminasi bisa juga disiapkan yel-yel atau lagu selama aksi yang
berisikan pesan perjuangan mahasiswa dan pesan dari isu aksi yang dijalankan.
Aksi teatrikal untuk menambah menariknya aksi bisa juga dilakukan.
- Skenario dan pembagian peran
Menentukan
arah dan rute aksi serta apa saja yang akan dilakukan. Pembagian peran diantara
inisiator perlu juga dilakukan, siapa yang akan sebagai komandan lapangan,
humas, P3K, dinamisator, orator, dan pengdokumentasi. Adanya pembagian peran
ini diharapkan dapat membuat aksi terarah dan tertib.
- Menghubungi pihak kepolisian untuk perizinan
Hal ini
dilakukan supaya pihak aparat mengetahui dan melakukan pengaman ketika aksi dilaksanakan.
- Saat Aksi, merupakan tahapan aktualisasi dan perjuangan, karena segala sesuatu dapat berubah ketika sudah di lapangan, oleh karena itu peran koordinator lapangan sangat dibutuhkan agar segala sesuatu berjalan dengan baik. Banyak hal yang tidak terduga, seperti jadwal aksi yang tidak tepat waktu, massa yang tidak sesuai target, logistik aksi yang telat tiba, dan lainnya. Apapun yang terjadi di saat aksi, Don’t give up, go ahead. Beberapa hal yang biasa dilakukan selama berlangsungnya aksi antara lain:
- Membagikan pesan yang telah dibuat, seperti pamflet dan leaflet.
- Berorasi dalam perjalanan dan di tempat tujuan akhir, orasi adalah bagian dari penyampaian pesan aksi kepada masyarakat luas.
- Yel-yel dan menyanyikan lagu. Sebagai penyemangat massa aksi dan mendominasi/menguasai suasana/keadaan (situasi dan kondisi).
- Audiensi ke pihak yang dituju, dilakukan oleh perangkat aksi yang telah ditunjuk, negosiator maupun yang jago dalam beraudiensi.
- Pembacaan press release. Hal ini biasanya dilakukan pada akhir aksi dan diharapkan dapat diliput media agar pesan yang kita bawa dapat tersampaikan kepada khalayak luas.
- Pasca Aksi, Langkah terakhir dari aksi adalah pemulangan peserta, biasanya aksi tidak bubar di tempat dibacakannya press release untuk menimbulkan kesan “bubar setelah aksi”, biasanya peserta berjalan kembali ke tempat lain, baru membubarkan diri di tempat tersebut. Setelah aksi selesai, sebisa mungkin diadakan evaluasi aksi terkait ketersampaian pesan dan evaluasi teknis untuk menentukan langkah selanjutnya terkait perjuangan isu atau pesan yang disampaikan.
1.
Absensi, sebagai pemastian terhadap jumlah
peserta aksi yang terlibat selama pelaksanan aksi. mengingat sering terjadinya
kasus penangkapan bahkan penculikan terhadap beberapa aktifis tanpa alasan yang
jelas.
2.
Evaluasi, untuk mengetahui sejauh mana
tingkat keberhasilan dari aksi yang sudah dilaksanakan. Selain merupakan media
dalam mengetahui kekurangan dan kelemahan aksi, juga sebagai bahan dalam
melaksanakan analisa SWOT untuk aksi mendatang.
3.
Rekomendasi, dari hasil-hasil yang telah
dicapai melalui aksi dapat dikerangkakan menjadi sebuah masukan untuk
gerakan yang akan dilaksanakan selanjutnya.
Kondisi lapangan
Pada saat melaksanakan aksi, situasi dan kondisi di lapangan sangat tidak
mudah untuk dipastikan. Bisa saja sesuai tepat dengan apa yang sudah
direncakanan, namun terkadang seringkali terjadi chaos (bentrok). Bentrok
seringkali terjadi dengan aparat kepolisian maupun kelompok lain yang kontra
terhadap aksi yang kita laksanakan. Namun hal ini bukan berarti hal yang harus
ditakuti. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kemampuan dalam mengadaptasikan
diri terhadap situasi dan kondisi yang mungkin akan terjadi. Selain itu,
pengintegrasian terhadap segala hal secara hati-hati juga dibutuhkan. Dalam
artian, massa aksi khususnya coordinator umum dan coordinator lapangan harus
mampu menentukan sikap terhadap situasi serta kondisi yang demikian. Sehingga
massa aksi tidak cair dengan begitu saja.
Makalah ini
hanya menyampaikan sedikit sekali hal sederhana menyangkut manajemen aksi, kita
bisa lebih banyak mengerti ketika kita telah melakukannya. Sering terjadi, apa
yang tertulis jauh berbeda dengan apa yang terjadi di lapangan.
Sekian terimakasih....
Selasa, 27 November 2012
AKHMAD RAMADHAN
NAMA : AKHMAD RAMADHAN
TTL : LUBUK LANDAI, 05 MARET 1989
ALAMAT : DESA LUBUK LANDAI
HOBYY : MASAK, MENULIS DAN BERFIKIR
PENGALAMAN ORGANISASI : - PENDIRI LDK-ALWADDUD UNIVERSITAS BATANGHARI
- MAJELIS PERMUSYAWARATAN MAHASISWA UNBARI
- SEKUM HMI KOMISYARIAT FKIP UNBARI
- KABID PEMBINAAN UMAT HMI KORKOM UNBARI
- KABID PTKP HMI CAB. JAMBI
- DEPARTEMEN BID PEMUDA DAN MAHASISWA KNPI PROV. JAMBI
- KETUA UMUM 2009-2011 HIMPUNAN MAHASISWA BUNO-JAMBI
- KETUA UMUM KOMUNITAS PENCINTA MUSEUM JAMBI
- PENGURUS IKATAN KELUARGA BESAR BNG-JAMBI
SEKILAS TENTANG ADAT ISTIADAT SERTA KEBUDAYAAN BUNGO
KARAKTERISTIK WILAYAH KABUPATEN MUARA BUNGO
Wilayah adat Kabupaten Bungo yang
kini kita kenal Kaabupaten Bungo pada masa pemerintahan Belanda dahulu,
termasuk kedalam wilayah bekas Onder Afdeeling Muara Bungo. Disamping itu,
sudah diketahui bahwa penduduk yang mendiami atau berdiam dalam bekas Onder
Afdeeling Muara Bungo, menyebut dirinya orang batin.
Menurut H. M. Thaib, RH
anggota penasehat Lembaga Adat Privinsi Jambi, dalam makalahnya menyebutkan
orang batin itu adalah penduduk asli yang berasal dari Melayu Tua yang mendiami
anak-anak sungai Batanghari.
1.2.1. Pola pemukiman
Pada umumnya rumah di
pemukiman asal ( desa ) berbentuk rumah adat, atapnya berbentuk kajang lako
dengan bubung lekung. Rumah adat ini bertiang tinggi dan tiak terletak di atas
sendi batu. Dibawah rumah adat menyimpan barang – barang atau keperluan rumah
tangga.
1.2.2. Adat membangun rumah
Pembangunan diatas tanah batin
harus memberitahu kepala dusun atau Rio, dan tetap milik dan langsung diurus
atau dipegang oleh batin.
Ada beberapa persyaratan
penegakan rumah, yaitu memotong hewan dan darahnya dipercikkan pada tiang tengah,
ada gantungan kelapa, tebu, pisang dan lain – lain, namun syarat – syarat
seperti ini telah beransur menghilang. Begitu pula dari bentuk rumah itu
sendiri, dari bentuk bertiang tinggi,
kini rumah itu tidak bertiang lagi ( disebut rumah depok )
1.2.3.
Kebudayaan tanah Adat/Marga/Ulayat
Di Kabupaten Bungo tanah Adat
atau batin masih ada, pertama ; tanah – tanah menurut sepanjang batang air ke
hilir dan ke hulu dusun, itu tanah batin untuk empat anak negeri, baumo atau
beladang, tidak boleh ditanam dengan tanaman keras dan kedua ; hutan rimbo di
talang itu kepunyaan batin setempat, menurut batas – batas tertentu dengan
daerah – daerah sepadannya, keair nan bepadan lentak, ke darat nan bersepadan
mentaro.
1.2.4. Adat secara umum
Secara umum norma dan nilai
adat istiadat yang dianut masyarakat Kabupaten Muara Bungo relatif sama dengan
Kabupaten lain dalam Provinsi Jambi yaitu ”adat bersendi sarak, sarak bersendi
kitabullah, sarak mengato adat memakai”. Namun demikian perbedaan – perbedaan
itu terletak pada dialeg dan perbedaan arti atau pemakaian kata – kata tertentu
yang dalam adat dikenal dengan ”adat samo iko pakai balain”. Oleh karena itu
adat dipegang oleh ninik mamak secara turun temurun dan dipatuhi oleh penduduk
yang berdiam dalam wilayah persekutuan Hukum Adat Bungo. Adat Istiadat itu
tidak pernah bertentangan dengan peraturan-peraturan pemerintah, karena antara
nenek mamak selaku pemegang adat selalu ada kerja sama dan saling pengertian
dengan pihak pemerintah. Yang dikenal dengan seloko adat yang berbunyi : Adat
ditangan Nenek Mamak Undang ditangan Rajo ( Pemerintah ).
Sebagai penuntun perikehidupan
dalam masyarakat adil dan makmur, bahagia lahir batin didunia dan akhirat, maka
dikenal dengan seloko adat yang berbunyi : Adat bersindi syarak, syarak
bersendi kitabullah. Syarat mengato, adat memakai
Kedua seluko adat tersebut
diatas memperlihatkan jalinan yang erat antara adat, agama dan aturan
pemerintah. Demikian pula, antara pemimpin adat, ulama dan pemerintah. Dalam
bahasa adat, ikatan yang erat itu disebut Tali nan bapintal tigo.
1.3. ADAT ISTIADAT DALAM MASA TRANSISI
Adat istiadat telah terbukti
mampu mempersatukan masyarakat dalam menata kehidupan lebih baik, sopan, santun
yang berdasarkan ” adat bersendi syara, sara bersendi kitabullah”.
Upacara – upacara adat di Kabupaten Muara Bungo
pada pokoknya terdiri dari tiga macam :
1.
Upacara
yang bersifat religius magis
2.
Upacara
yang bersifat kebesaran
3.
Upacara
yang bersifat karya
Keterkaitan dengan
sociobiologis terutama merawat anak dan pendidikannya bahwa didalam adat
dikatakan, baris di jawat dari nan tuo, halifah dijunjung dari nabi, manalah
waris nan dijawat dari nan tuo utang/kewajiban orang tua kepada anak sebagai
berikut
1.
Nuak
( nujuh bulan ) dan diazankan dikuping setelah anak lahir
2.
Mandi
kayik ( akikah )
3.
Tindik
dabung
4.
Sunat
Rasul
5.
Mengantar
anak mengaji ( pendidikan ) setelah berumur 7 tahun
6.
Mengantar
anak kerumah tangga
Bahwa pada setiap kegiatan
acara mulai dari nuak azan bayi baru lahir, mandi kayik, cukuran, akikah,
tindik dabung dan sunat Rasul senantiasa diadakan acara – acara khusus, dan
mempunyai makna – makna tersendiri, dimana sejak awal telah di isi dengan
nuansa pendidikan agama. Sebagai cikal bakal membentuk pribadi yang luhur,
bertaqwa, sopan santun, dengan arti kata mulai dari kandungan sudah dilakukan
dengan didikan rohani dan jasmani dalam membentuk jati diri sebagai insan yang
berbudi luhur dan bersopan santun terhadap kedua orang tua dan masyarakat dalam
mengarungi kehidupan didunia dan akhirat, sesuai dengan tuntutan adat dan syara.
( Lembaga Adat Provinsi Jambi, 2003 : 81 )
SEJARAH DUSUN LUBUK LANDAI
TANAH PILIH
DUSUN
LUBUK LANDAI
Desa atau Dusun tuo lubuk landai merupakan sebuah Dusun
yang dahulunya memiliki jumlah penduduk yang cukup padat serta wilayah yang
luas, maka sudah sepatutnya Dusun ini di mekarkan, maka dari proses pemekaran
ini lahirlah beberapa Dusun diantaranya Dusun Sungai Lilin, Dusun Pematang
Panjang, Dusun Pasar Lubuk Landai, Dusun Sungai Gambir dan Dusun Tebing Tinggi.
Namun walaupun telah dimekarkan adat istiadat dan budaya dari beberapa Dusun
ini masih sama tentunya karena masih dari satu keturunan yang nantinya akan
diceritakan dalam tulisan dibawah.
Salah satu tradisi yang masih tetap dipertahankan oleh
beberapa Dusun hasil pemekaran ini yaitu, pada tradisi Ziarah yang dilaksanakan
pada setiap hari kedua Lebaran Idul Fitri maka akan dilakukan ziarah bersama
dan untuk pembacaan tahlil akan dibagi dari setiap pegawai syara tiap Dusun.
Sejarah
dibukanya Dusun Lubuk Landai
Daerah
Tanah Sepenggal dahulunya didatangi pendatang
yang berasal dari Mataram pulau Jawa. Pendatang ini dipimpin oleh
seseorang yang bernama. Pangeran Mangkubumi lihatlah ( Sejarah Indonesia,
pustaka Jakarta dewata halaman 125 ), kebenaran tentang penguasa masyarakat
tanah leluhur dengan kampung halamannya. Menuju tanah seberang, ialah tanah
Jambi berpisah dengan famili, saudara / kerabatku, menurut cita – cita. Kok
kata orang tua – tua kehendak hati mati, kehendak mata buta, ya Allah bila aku
mati di negeri orang, aku tidak sesal, bila aku dipanjangkan umurku pasti aku
kembali kekampung halaman ku, aku mengembara di rantau orang, aku pergi ada
lima syarat manfaat, begitu terkenang kampung yaitu :
A. Menghilangkan kesedihan
B. Menatapkan kehidupan anak pinak di daerah Jambi
C. Menuntut ilmu dunia wal akhirat
D. Mengagungkan jiwa dan dapat bergaul dengan orang besar
dan ber’akhlak
E. Berakhlak luhur
Menyusul
pendatang baru 1749
Penyusul pendatang baru ini adalah Pakubuwono, beliau
merupakan keponakan dari pangeran Mangkubumi yang sebelumnya sudah berada di
tanah Jambi. Pakubuwono mendengar tutur dari ibunya mengenai pamannya
Mangkubumi yang terang – terangan melawan penjajahan Belanda. Mendengar
penuturan itu maka Pakubuwono berkeinginan menyusul pamannya di Tanah Jambi,
maka Pakubwono berucaplah kepada ibunya memohon izin untuk menyusul pamannya
dan menyampaikan kepada ibunya bahwa :
1. Tulus ikhlas memihak dengan pamannya
2. Sedia mengikuti jejak kepergian pamannya
3. Mohon beri bantuan sebagai berikut :
-
Sebuah
sampan layar serbaguna
-
Para
pembantu berlayar yang berpengalaman dan dipercayai
-
Perbekalan
/ biaya secukupnya
-
Tuntunan
pengarahan demi keselamatan
Dengan permohonan Pakubuwono sedemikian, bagi ibunya
tidak menyanggah, hanya ibunya meminta bersabar menunggu untuk mempersiapkan
hal tersebut. seminggu kemudian segala sesuatu telah disiapkan dan pada malam
sebelum berangkat dibuatlah acara do’a bersama untuk keselamatan rombongan
Pakubuwono dan agar Pakubuono dipertemukan dengan pamannya Pangeran Mangkubumi.
Pakubuwono
dan rombongan berangkat
Dengan seorang adik perempuannya yang kecil beserta
rombongan, selanjutnya mereka berangkat. Keberangkatan itu terjadi pada awal
tahun 1749. Dari Surakarta menuju semarang selanjutnya bertolak dari Semarang
melalui lautan Jawa dengan sampan layar serbaguna yang terukir rapi.
Dengan terus berlayar akhirnya rombongan Pakubuwono
sampai di selat Berhala dan terus masuk ke Sungai Batanghari, sampan terus
berjalan sampailah di Ujung Jabung ( Tanjung Jabung Timur sekarang ).
Berhentilah mereka di situ dan bermalam, disitu mereka bertemu Paduka Orang
Kayo Hitam, Pakubuwono bertanya kepada Orang Kayo Hitam apakah ada Jukung dan
sampan dari Mataram yang lewat sini?. Kemudian Orang Kayo Hitam menyampaikan
bahwa Jukung dari Mataram yang dibawa Pangeran Mangkubumi dahulu terdampar
diseberang sana, dan sudah ditimbuni pasir selanjutnya rombongan itu berangkat
ke hulu sungai dengan memakai 4 buah sampan baru yang dibeli di sini. Setelah
itu yang saya ketahui ucap Orang Kayo Hitam antara lain
-
Rombongan
Inggo Dilogo hulu balang Raja Mataram
-
Sampan
rombongan Sri Tanwah
-
Sampan
Rombongan Sko Berajo
-
Sampan
Rombongan Rio Anoom
-
Yang
paling terdahulu melewati ini yaitu rombongan Rio Kunci Rambah, dikala itu
Buwono mungkin belum lahir.
Peristiwa
dikampung gedang
Setelah dekat kampung gedang Seberang Jambi, Pakubuwono
langsung melepaskan sepasang bebek, ternyata bebek tersebut lebih cepat dari perjalanan
sampan rombongan Pakubuwono. Bebek tersebut menepi di Tanjung Pasir, dengan
demikian rombonganpun ikut berhenti di Tanjung Pasir tersebut untuk istirahat
bermalam. Dalam rangka itu adik kecil Pakubuwono menangis tidak mau bersampan
lagi dan selalu berteriak memanggil ibu, sehingga susah rombongan membujuknya
untuk diam. Setelah itu datanglah seorang ibu kesampan rombongan Pakubuwono ibu
tersebut mengatakan kasihan pada anak kecil yang tidak mau berhenti menangis,
ibu tersebut ingin membujuknya, Pakubuwono mempersilahkan ibu tersebut membujuk
adiknya. Ternya usaha ibu tersebut berhasil dan adik Pakubuwono tersebut
berhenti menangis. Ibu tersebut selanjutnya berpamitan dengan Pakubuwono untuk
kembali kerumahnya karena ingin sholat maghrib namun adik Pakubuwono tidak mau
ditinggalkan oleh ibu tersebut dan pada akhirnya Pakubuwono membolehkan ibu
tersebut membawa adiknya kerumah ibu tersebut, Pakubuwono pun ikut kerumah ibu
tersebut untuk menjaga adiknya.
Keesokan harinya Pakubuwono kembali membujuk adiknya dan
bertujuan melanjutkan perjalanan ke hulu sungai, namun adiknya tetap tidak mau
untuk ikut dan ibu tersebut kembali mengatakan ke Pakubuwono agar tidak memaksa
adiknya untuk ikut, ibu bersedia menjaga adikmu seperti anak ibu sendiri dan
Pakubuwono ibu anggap sebagai anak pertama ibu. Dengan demikian Pakubuwono
mengucapkan terimakasih atas kebaikan dan keikhlasan ibu tersebut, Pakubuwono
menitipkan adiknya kepada ibu tersebut dan Rombongan Pakubuwono kembali
melanjutkan perjalanan.
Pada adik perempuan Pakubuwono tersebut, ada sesuatu yang
diserahi oleh ibu mereka sewaktu di Surakarta, yaitu ”Caping Sang Sko”. Suatu
benda yang sejak dahulu turun – temurun
dipakai oleh pihak perempuan.
Pakubuwono
berjabat tangan dengan pamannya Pangeran Mangkubumi
Sampan rombongan
Pakubuwono berangkat dari Kampung Tanjung Pasir memang berkeadaan penuh sesak oleh berbagai bibit tanaman dan
makanan seperti pisang, nanas, tebu, jagung, ketimun, labu dan sebagainya.
Namun hal itu tidak merintangi para rombongan untuk mendayung sampan tersebut,
berhari – hari dan sampailah di Kampung Banjar Bugis. Disana Pakubuwono dan dua
orang pembantunya langsung naik kekampung tersebut. tampaklah oleh mereka
beberapa rumah namun hanya satu rumah yang terlihat ada penghuninya karena ada
jemuran di dekat rumah tersebut sebuah celana dan potongan baju berwarna merah
jambu berukuran besar, Pakubuwono dan dua orang pembantunyapun heran melihat
ukuran pakian besar tersebut Pakubuwono mengira itu adalah pakaian pamanya
Pangeran Mangkubumi. Kemudian Pakubuwono mengucapkan salam di depan rumah
tersebut dan terdengarlah sambutan salam dari dalam rumuh tersebut, setelah
berhadapan langsunglah berjabat tangan dan Pakubuwono memperkenalkan namanya
serta menyebutkan kalai dia putera dari Pangeran Pakubuwono ke II Surakarta,
pamannyapun termenung mendengar ucapan Pakubuwono. Kemudian Pangeran Mangkubumi
meminta Pakubuwono menunjukkan bukti kalau mereka memang benar dari Mataram,
sebagaimana para penyusul yang datang duluan, yaitu Rio Anoom. Namun Pakubuwono
tidak dapat menunjukkan bukti karena bukti tersebut ada pada adiknya yang telah
ditinggalkan di Tanjung Pasir.
Karena pamannya masih ragu, Pakubuwono kembali mengajak
rombongan untuk melanjutkan perjalanan, setelah melewati Keluk Kucing Tidur
tidak jauh dari tempat tersebut terlihatlah kepalak guntung lago, yaitu air
terjun jatuh masuk kesungai jelas pula terlihat tebing bernapalan seolah – olah
di beton, ( sekarang berada di tepian mandi Kampung Kapas ).
Pakubuwono
berhenti di lokasi tanah pilih sesuai menurut tuntunan
Akhirnya Pakubuwona menyatakan cukup sampai disini kita
bersampan, dan disini pula kita beristirahat bermalam. Pakubuwono meminta
kepada rombongan untuk menebang dan membersihkan lahan tersebut selanjutnya
ditanami bibi – bibit tanaman yang mereka bawa. Selanjutnya rombongan membuat
pondok penjaga seperlunya untuk tempat tinggal dan menghindari dari serangan
musuh seperti binatang buas.
Selanjutnya pangeran Mangkubumi mengetahui rombongan
Pakubuwono telah berada ditempat tersebut, datanglah Pangeran Mangkubumi
ketempat tersebut lalu pangeran Mangkubumi memarahi Rombongan Pakubuwono karena
telah menebas pepohonan yang merupakan kebun kapas milik Pangeran Mangkubumi,
pohon kapas tersebut sudah diganti dengan tanaman yang dibawa oleh rombongan
Pakubuwono. Pangeran Mangkubumi mengusir rombongan Pakubuwono dari tempat
tersebut namun rombongan Pakubuwono tidak mau, akhirnya Pangeran Mangkubumi
kembali kerumahnya di Kampung Banjar Bugis.
Selanjutnya Pangeran Mangkubumi kembali mengutuskan orang
berkali – kali untuk menyampaikan kepada Pakubuwono agar meninggalkan tempat
tersebut sampai 7 kali Pangeran Mangkubumi mengutuskan orang namun Pakubuwono
tetap pada pendiriannya, pada saat itu telah berdiri 11 buah rumah.
Akhirnya pada awal tahun 1754 Pangeran Mangkubumi
mendirikan Balai Panjang Tanah Sepenggal pada lokasi Keluk Kucing Tidur,
berlokasi di seberang pulau Sri Bulan di baruh Desa Tanah Periuk sekarang.
Begitu selesai langsung diresmikan dan PangeranMangkubumi langsung dinobatkan
sebagai Sri Raja Tanah Sepenggal terhitung mulai awal tahun 1754.
Selanjutnya langsung mengadakan sidang pertama yaitu
masalah padang kapas Pangeran Mangkubumi yang ditebang oleh Pakubuwono, sidang
dipimpin oleh tuo Negeri Kampung Gedang Tanjung Pasir yang telah dinobatkan
jadi Raja Pulau Dusun Manggis bernama Wan Oemar. Hasil sidang tersebut
mempersoalkan tindakan Rombongan pendatang baru yang dipimpin Pakubuwono,
sehingga dikenakan ”yang delapan penuh serta denda” menurut ketentuan adat yang
berlaku. Selanjutnya langsung dikantap kepada kedua belah pihak yaitu, Pangeran
Mangkubumi dan Pakubuwono selaku ketua rombongan. Putusan tersebut diterima
oleh kedua belah pihak namun Pakubuwono meminta beberapa hal antara lain :
1. Mohon beri tangguh pembayaran
2. Mohon mohon beri izin untuk kembali ke Mataram demi
kepentingan tersebut
Dengan demikian ketua sidang kembali bermusyawarah dengan
Pangeran Mangkubumi mengenai permohonan Pakubuwono, setelah bermusyawarah
akhirnya Pangeran Mangkubumi mempersilahkan Pakubuwono untuk kembali ke Mataram.
Pakubuwono
kembali ke Mataram
Pakubuwono bersama 3 orang pembantunya berangkat menuju
Mataram dengan sampan layar serbaguna, sampai di Mataram langsunglah Pakubuwono
menuju rumah ibunya, ternyata saat itu ibunya sedang sakit dan Pakubuwono
langsung sujud memohon maaf kepada ibunya. Pakubuwono menyampaikan maksud dan
tujuannya kembali ke Mataram yaitu :
Ø Untuk mengambil sesuatu demi keperluan untuk kenduri
peresmian Negeri dan pemakaian 11 rumah yang dibangunnya di lokoasi Tanah
Pilih.
Ø Mengundang kesenian bende Mataram beberapa orang saja
karena dibatasi sampan yang dibawanya dari Tanah Pilih hanya 1 buah.
Mendengar penyampaian Pakubuwono ibunya menyetujui
permintaan Pakubuwono, sore harinya Pakubuwono pergi kerumah ketua kesenian
Bende Mataram. Pakubuwono disambut baik bahkan dismbut dengan iringan kesenian
bende Mataram tersebut, setelah itu Pakubuwono menyampaikan maksunya untuk
mengundang beberapa orang pemain kesenian Bende Mataram untuk ikut dengannya ke
lokasi Tanah Pilih dikarenakan Pakubuwono akan meresmikan Negeri dan pemakaian
11 buah rumah. Ketua kesenian menganggap perlu semua tim dari kesenian tersebut
ikut dengan Pakubuwono, namun Pakubuwona kembali menyampaikan kalau perahu yang
mereka bawa tidak cukup untuk semua tim kesenian tersebut dan akhirnya ketua
kesenian mengusulkan untuk membawa perahu milik tim kesenian, Pakubuwono pun
sangat senang dengan usulan ketua kesenian tersebut. akhirnya Pakubuwono
bersama rombongan seni berangkat menuju tanah seberang tanah pilih.
Didalam perjalanan sesampai di sungai mancur pada malam
hari rombongan memainkan kesenian Sende Mataram sambil terus menerus bernyanyi
dan berperahu, terdengarlah Pangeran Mangkubumi dan terbangun dari tidurnya
suara nyanyian dan pukulan gung dengan merdunya, terahir terdengar 3 kali
letusan meriam Pangeran Mangkubumi tahu kalau Pakubuwono sudah kembali.
Pertemuan
Pangeran Mangkubumi dengan ketua kesenian
Pada pagi hari setelah kedatangan Pakubuwono Pangeran
Mangkubumi berkunjung ke tanah pilih dan bertemu ketua kesenian yang merupakan
paman Pakubuwono juga yaitu adik dari ibu Pakubuwono, dengan demikian mantaplah
perbincangan antara kedua paman Pakubuwono tersebut. Dalam pertemuan singkat
ini Pangeran Mangkubumi bertanya kepa Ketua kesenian apakah maksud yang
disampaikan Pakubuwono kepada ketua kesenian sehingga mengundang kesenian sende
Mataram, ketua kesenian menjawab bahwa Pakubuwono bermaksud merismikan negeri
dan pemakaian 11 rumah.
Akhirnya kedua paman Pakubuwono ini bersepakat untuk
menjodohkan Pakubuwono dengan Sri Ratu Daya Rani yang juga merupakan anak dari
ketua kesenian yang berarti saudara sepupu Pakubuwono, kemudian Pakubuwono
dilengkapi dengan Pakubuwono ke III karena dia adalah Putera pertama Sri Sultan
Pakubuwono II. Perjodohan bermaksud sesuai dengan istilah ”jadi masih serumpun
kepah yang tinggi / sepucuk jalo panjang” mudah – mudahan suatu saat mempunyai
keturunan yang soleh dan solehah dalam meneruskan perjuangan.
Membayar
hutang dan denda
Untuk menepati janji yang telah disanggupi Pakubuwono
bersama 2 orang pengiringnya berangkat menuju balai panjang menemui Pangeran
Mangkubumi yakni Desa Tanah Periuk sekarang. Akhirnya dapat bertemu langsung
dengan Pangeran Mangkubumi dihadapan Wan Oemar ketua sidang dan datuk Rio Anoom
abdi masyarakat Tanah Sepenggal, setelah
hutang dan denda di bayar, Pakubuwono menyampaikan niatnya untuk melakukan
peresmian Desa dan rumah yang dibangunnya di lokasi tanah pilih Lebak Landai.
Pangeran Mangkubumi langsung membantah jika Cuma dua
unsur tersebut yang diresmikan maka belum wajar, maksu dari Pangeran Mangkubumi
ialah ingin menikahkan Pakubuwono dengan Sri Ratu Daya Rani sesuai perundingan
Pangeran Mangkubumi dengan ketua kesenian yang juga paman dari Pakubuwono, dan
Pakubuwono pun mengikuti apa yang diinginkan oleh kedua pamannya tersebut.
Kenduri diadakan selama tiga hari tiga malam terhitung
mulai tanggal 11 – 13 Maret 1754 dengan mengundang beberapa tamu seperti :
Ø Pemuka masyarakat Bilangan V /VII
Ø Pemuka masyarakat Jujuhan
Ø Pemuka masyarakat VII Koto
Ø Pemuka masyarakat Bati II
Ø Pemuka masyarakat Batin III Ilir
Ø Pemuka masyarakat Batin III
Ø Pemuka masyarakat Batin VII
Ø Pemuka masyarakat Teluk Rendah
Ø Pemuka masyarakat Kampung Gedang Tanjung Pasir
Ø Pemuka Masyarakat Tahtul Yaman
Ø Kesenian melayu
Ø Anak negeri nan VIII dalam Tanah Sepanggal
Pada tanggal 11 Maret 1754 sukses melakukan peresmian
tiga serangkai yaitu :
1. Peresmian negeri yang diberi nama Lebak Landai
selanjutnya berubah menjadi Lubuk Landai.
2. Peresmian pemakaian 10 buah rumah adat Balembago dan 1
buah rumah gedang.
3. Pernikahan Pakubuwono III dengan Sri Ratu Daya Rani.
Selama tinggal di Lubuk Landai Pakubuwono dan Dayang Rani
mendapat 5 orang anak, 1 orang laki-laki dan 4 orang perempuan.
1) Kali Urai
2) Meh Mato
3) Meh Baik
4) Meh Urai
5) Rajo Nita, beliau meninggal waktu kecil umur 6 tahun
Pakubuwono wafat di Lubuk Landai Dimakamkan di Kampung
Betung Dusun Lubuk Landai. Itulah cerita singkat yang penulis saudara Akhmad
Ramadhan dapatkan dari orang-orang tuo dan catatan yang ditulis oleh nenek
Yahya H. Ali dan nenek Husin Dja’afar, memang masih banyak kekurangan –
kekurangan dalam penulisan ini, penulis berharap kedepan akan ada penelitian
yang lebih mendalam terhadap Pakubuwono dan Sejarah Dusun Lubuk Landai ini.
Penulis merupakan putra asli dari Dusun Lubuk Landai,
dengan nama lengkap AKHMAD RAMADHAN sering dipanggil CIK DODON lahir di Lubuk
Landai 5 Maret 1989, beliau merupakan anak
dari Usman (keng) Alm dan
Sopiah Alm. Masa kecil sampai dengan
menamatkan Sekolah Menengah Atas diselesaikannya di Dusun Lubuk Landai,
kemudian beliau
menyelesaikan Sarjananya di Program Studi Pendidikan
Sejarah di Universitas Batanghari Jambi. Beliau sangat
berharap ada kepedulian dari pemerintah untuk memperhatikan hal – hal yang
berkenaan dengan jati diri, sejarah dan budaya tidak hanya Dusun Lubuk Landai
tapi seluruh Dusun yang berada dalam Kabupaten Bungo, tentunya kepada seluruh
pemuda Dusun Lubuk Landai sudah sepatutya mengetahui cerita dari Sejarah
keberadaan asal usul Masyarakat Lubuk Landai.
Kalau bukan kita siapa lagi
yang akan peduli dengan daerah kita.. Lubuk Landai Desaku, Lubuk Landai tempat
kelahiranku, akan aku jaga kelestariamu selalu