Minggu, 25 November 2012

BUNGO SARANG PENYAMUN

Negeri indah dengan kekayaan alam yang terkandung didalamnya, anugrah dari Tuhan Yang Maha Kuasa, Bungo Kabupaten paling  barat dari provinsi Jambi yang berbatasan langsung dengan Sumatra Barat menjadi perbincangan menarik kala ini, tidak hanya bagi masyarakat biasa tapi para penguasa sampai pengusaha ramai membicarakan daerah penghasil batu bara terbesar di Provinsi Jambi dan juga salah satu batu bara terbaik di Indonesia.
tidak hanya itu, ada ratusan hektar perkebunan yang didominasi oleh perkebun kelapa sawit dan karet alam, perkebunan kelapa sawit didominasi perusahaan dengan tersisa sedikit untuk masyarakat. jika kita ke IPB (Institut Pertanian Bogor) kita dapat melihat benih padi terbaik di Nusantara yang berasal dari Kabupaten Bungo, tapi itu tidak berarti Bungo surflus beras, tentunya tidak hanya itu, ada beberapa kekayaan alam lainnya yang belum dimanfaatkan seperti Emas, Biji besi, minyak bumi, dan lain seagainya.
disamping itu perkembangan Bungo pun semakin pesat dalam kurun 10 tahun ini, rumah sakit bertaraf Nasional, Pembangunan kota moder'n, jalan lingkar sampai Bandara Bertarap Internasional (dalam pembangunan), kemajuan luar biasa ini berdampak banyak terhadap masyarakat, tidak hanya dibidang usaha tapi juga merambah ke social masyarakat.
Dalam dunia usaha : geliat usaha memunculkan persaingan tidak sehat antara sesama pengusaha, permainan lewat elakang menjadi trend dilakukan, sogok menyogok sampai jatuh menjatuhkan jadi kebiasaan dalam keseharian, bahkan dibeberapa sektor usaha dikuasai dan di monopoli orang-orang tertentu, seperti proyek-proyek pemerintah, pertambangan batu bara, sampai pengaturan masyarakat yang boleh membeli BBM di SPBU dalam jumlah yang telah diatur untuk dijual dalam bentuk eceran.
Dalam bidang pemerintahan, monopoli dan kesewenang-wenangan penguasa sampai keluarga, antek-antek maupun tim sukses saat pemenangan BH 1 KZ, jadi momok yang menakutkan,tidak hanya bagi mereka yang didalam sistem tapi juga bagi masyarakat secara luas, mengapa demikian? bagi para pejabat, sikap menjadi hal utama yang harus dilakukan, kesenangan pemimpin jadi tujuan utama yang mutlak harus dipenuhi dibandingkan dengan memenuhi kepentingan masyarakat banyak, itu kalau sang pejabat masih ingin jabatannya bertahan. bagi masyarakat, menakutkan karena ada tembok besar yang harus dilalui untuk dapat masuk kebirokrasi pemerintahan (PNS) yang jadi idaman sebagian besar masyarakat, harus mempersiapkan ratusan juta untuk dapat mengabdi kepada Negara yang seharusnya tentu tidak demikian, belum lagi harus memikirkan lewat siapa atau melalui siapa supaya bisa jadi PNS.
Dalam bisang social, perda Bungo kembali ke Adat tidak mampu membendung masuknya budaya-budaya luar yang memunculkan sikap negatif dan tidak terpuji dalam masyarakat, tidak harus ke kota Bungo kita melihat gambaran pergeseran nilai-nilai budaya itu, di Dusun-dusun pun dapat kita jumpai dengan mudah seperti pergaulan muda-mudi, cara berpakaian, tata krama terhadap orang tua, guru bahkan teman sebaya sampai perilaku-perilaku lain yang merusak generasi muda. Adat Bersendi Syara, Syara bersendi Kitabullah hanya tinggal didalam cerita-cerita lama.

kalau ada pertanyaan, semua ini salah siapa...???
tentu tidak mudah kita menjawab, tidak cukup kita menyesali dan meratapi keadaan ini, tugas dan tanggung jawab kita semua membenahi daerah ini, tentu tidak mudah dan bahkan akan ada orang-orang tertentu yang ingin Bungo tetap seperti ini, orang-orang seperti inilah yang memanpaatkan keadaan untuk memperoleh keuntungan pribadi. dengan cara apa, ya dengan cara diperangi, dalam artian singkirkan mereka-mereka yang suka menggerogoti Daerah ini untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya, LAWAN dan MUSNAHKAN dari daerah ini.
"Catatan Anak Bungo"
AKHMAD RAMADHAN

0 komentar:

Posting Komentar