Merumuskan
Formulasi Gerakan Mahasiswa, Aksi Sebagai Kekuatan Kontrol Moral dan Sosial
“Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
Islam sebagaimana engkau adalah hanief (cenderung kepada kebenaran). Itulah
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu”
(QS Ar-Rum :
30)
“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”
(QS Ali
‘Imron : 110)
“Hidup
adalah ikhlas dalam berfikir maupun bertindak, itulah aktualisasi tauhid”
(WM)
Mahasiswa
merupakan salah satu dari beberapa kekuatan inti perubahan. Selain masyarakat
yang di dalamnya terdapat petani, buruh serta para begundal pemerintahan yang
mengabdikan diri kepada berhala neoliberalisme, mahasiswa adalah analis,
fasilitator dan konsolidator sekaligus provokator dalam
menjaga kedinamisan berjalannya Negara (pemerintahan). Oleh karena itu, untuk
mengatasi berbagai persoalan yang muncul sebagai dampak dari salah satu bentuk ketidakpatuhan
terhadap hukum objektif masyarakat (kesetaraan, keadilan, kesejahteran rakyat,
dll), dibutuhkan sebuah formulasi gerakan sebagai konsep sekaligus secara
teknis dapat menjadi pengawal utama berjalannya pemerintahan Indonesia. Dalam
konteks ini, tokoh kuncinya adalah mahasiswa. Tentu saja bukan mahasiswa yang
tidak hanya diam dalam melihat adanya penindasan terhadap kaum yang lemah.
Namun kita
tidak akan mendiskusikan hal idealis di atas. Kita akan lebih menitiktekankan
diskusi kita kali ini mengenai upaya-upaya apa sajakah yang mesti dilakukan
oleh mahasiswa bersama masyarakat dalam mewujudkan perubahan sosial yang
berkeadilan. Seringkali kita menyaksikan berbagai bentuk demonstrasi atau aksi
yang dilakukan oleh mahasiswa, buruh, petani maupun kelompok masyarakat lain.
Apakah sebenarnya aksi itu, bagaimana dan untuk tujuan apa aksi harus
dilakukan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut marilah kita carikan jawabannya
bersama-sama dalam diskusi kali ini.
Pengantar sederhana mengenai
manajemen aksi
Manajemen
Aksi merupakan sebuah system dan mekanisme (persiapan, masa waktu aksi,
evaluasi serta tindak lanjut) yang jelas serta kongkret dalam sebuah aksi, baik
massa maupun kelompok. Manajemen Aksi meliputi beberapa hal yang sangat
penting, di dalamnya terdapat beberapa tahapan yang kesemuanya tidak dapat
dinilai sederhana. Jadi yang dimaksud dengan manajemen aksi tidak sebatas
sisten dan pengaturan serta perencanan persiapan pada saat melaksanakan aksi
saja (yang selama ini hanya difahami sebagai persiapan untuk melakukan
demonstarsi saja), namun merupakan sebuah formula yang utuh dan komprehensif,
menyeluruh dan tidak parsial
Demonstrasi dan Aksi
Secara
substansial, antara demonstrasi dan aksi memiliki makna yang
sama. Hanya saja akan lebih halus dengan menggunakan kata aksi daripada
demonstrasi. Sebab kata demonstrasi lebih memiliki persepsi negative, selalu
diidentikkan dengan hal yang berbau kekerasan dan anarkhis (bakar-bakaran,
menghancurkan gedung, penjarahan, dll). Meskipun demonstrasi tidak selalu
seanarkhis seperti yang dibayangkan oleh banyak anggota masyarakat.
Tujuan Aksi
Salah satu
bentuk penyampaian aspirasi kepada pemerintah serta penyampaian pesan kepada
masyarakat adalah dengan melakukan aksi massa. Dalam negara yang berdemokrasi,
aksi menjadi cara yang dilegalkan, oleh karena itu lembaga pendidikan seperti
universitas juga harus berperan sebagai guardian of value dari
pemerintah serta masyarakat. Mengapa cara yang dipilih adalah aksi ? karena
aksi berdampak pada dua sisi, yakni sisi ketersampaian pesan kepada
pihak yang diinginkan serta penyadaran masyarakat
atas sebuah isu. Sehingga aksi masih menjadi cara yang relevan
untuk dilakukan.
Tahapan-tahapan
dalam aksi
Dalam
melaksanakan aksi, harus mempertimbangkan beberapa hal penting. baik perangkat
yang mesti dipersiapkan maupun tahapan-tahapan yang harus dilalui bersama. Aksi
memiliki beberapa tahapan yang harus dilalui, antar lain:
- Pra Aksi, Persiapan yang dilakukan sebelum dilaksanakannya aksi tidak selalu dapat ditentukan dengan pasti berapa lam waktu yang dibutuhkan. Hal demikian lebih bersifat fleksibel. Di sini kita akan membahas beberapa persiapan penting sebelum aksi.
- Persiapan dan pematangan issue
Mahasiswa
harus memiliki kekuatan dalam pemikiran, termasuk dalam isu yang akan angkat,
kaji sebuah isu dengan mendalam serta didukung data yang akurat agar pesan dan
tuntutan yang disampaikan berbobot dan jelas, buat semacam focus group discussion
dengan beberapa mahasiswa untuk menentukan dan memantapkan isu.
- Membuat press release
Berisikan
pesan dan tuntutan dari isu yang telah dibahas, sebisa mungkin pesan yang akan
disampaikan terfokus dan jangan melebar jauh.
- Mengumpulkan massa (estimasi)
Aksi
membutuhkan massa, dan salah satu parameter keberhasilan aksi adalah semakin
banyaknya massa yang hadir dalam aksi, semakin banyak massa yang hadir akan
menjadi force power tambahan bagi kita untuk menunjukkan bahwa banyak
orang yang telah memahami isu yang dibawa dan turut berperan dalam menyuarakan
isu tersebut. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengumpulkan massa. Yang
lebih penting adalah bagaimana semua faham tentang issu yang diangkat, sehingga
massa yang ikut tidak hanya ikut-ikutan saja, tanpa memahami substansi issue
yang diangkat.
- Menghubungi media
Sangat
dibutuhkan keberadaan media massa. Meskipun media massa memiliki “hidung” yang
tajam, namun kita harus tetap harus menghubungi media. dengan demikian aksi
yang dilakukan dapat dimuat dan lebih tersosialisasikan secara maksimal.
Disamping media juga dapat dijadikan sebagai kontrol dalam meminimalisir
tingkat represifitas aparat.
- Mempersiapkan perangkat aksi
Perangkat
aksi yang dibutuhkan antara lain ; spanduk atau baligo berisi pesan
aksi, bendera lembaga yang mengusung aksi, press release untuk
masyarakat luas,perangkat dokumentasi, poster untuk dibawa oleh
peserta aksi, media publikasi tambahan untuk dibagikan ke masyarakat seperti leaflet
atau pamflet, pengeras suara seperti TOA dan mobil sound system,
dan identitas peserta aksi untuk memastikan aksi tidak disusupi,
identitas ini seperti pengikat kepala atau jaket. Selain itu sebagai
dinaminasi bisa juga disiapkan yel-yel atau lagu selama aksi yang
berisikan pesan perjuangan mahasiswa dan pesan dari isu aksi yang dijalankan.
Aksi teatrikal untuk menambah menariknya aksi bisa juga dilakukan.
- Skenario dan pembagian peran
Menentukan
arah dan rute aksi serta apa saja yang akan dilakukan. Pembagian peran diantara
inisiator perlu juga dilakukan, siapa yang akan sebagai komandan lapangan,
humas, P3K, dinamisator, orator, dan pengdokumentasi. Adanya pembagian peran
ini diharapkan dapat membuat aksi terarah dan tertib.
- Menghubungi pihak kepolisian untuk perizinan
Hal ini
dilakukan supaya pihak aparat mengetahui dan melakukan pengaman ketika aksi dilaksanakan.
- Saat Aksi, merupakan tahapan aktualisasi dan perjuangan, karena segala sesuatu dapat berubah ketika sudah di lapangan, oleh karena itu peran koordinator lapangan sangat dibutuhkan agar segala sesuatu berjalan dengan baik. Banyak hal yang tidak terduga, seperti jadwal aksi yang tidak tepat waktu, massa yang tidak sesuai target, logistik aksi yang telat tiba, dan lainnya. Apapun yang terjadi di saat aksi, Don’t give up, go ahead. Beberapa hal yang biasa dilakukan selama berlangsungnya aksi antara lain:
- Membagikan pesan yang telah dibuat, seperti pamflet dan leaflet.
- Berorasi dalam perjalanan dan di tempat tujuan akhir, orasi adalah bagian dari penyampaian pesan aksi kepada masyarakat luas.
- Yel-yel dan menyanyikan lagu. Sebagai penyemangat massa aksi dan mendominasi/menguasai suasana/keadaan (situasi dan kondisi).
- Audiensi ke pihak yang dituju, dilakukan oleh perangkat aksi yang telah ditunjuk, negosiator maupun yang jago dalam beraudiensi.
- Pembacaan press release. Hal ini biasanya dilakukan pada akhir aksi dan diharapkan dapat diliput media agar pesan yang kita bawa dapat tersampaikan kepada khalayak luas.
- Pasca Aksi, Langkah terakhir dari aksi adalah pemulangan peserta, biasanya aksi tidak bubar di tempat dibacakannya press release untuk menimbulkan kesan “bubar setelah aksi”, biasanya peserta berjalan kembali ke tempat lain, baru membubarkan diri di tempat tersebut. Setelah aksi selesai, sebisa mungkin diadakan evaluasi aksi terkait ketersampaian pesan dan evaluasi teknis untuk menentukan langkah selanjutnya terkait perjuangan isu atau pesan yang disampaikan.
1.
Absensi, sebagai pemastian terhadap jumlah
peserta aksi yang terlibat selama pelaksanan aksi. mengingat sering terjadinya
kasus penangkapan bahkan penculikan terhadap beberapa aktifis tanpa alasan yang
jelas.
2.
Evaluasi, untuk mengetahui sejauh mana
tingkat keberhasilan dari aksi yang sudah dilaksanakan. Selain merupakan media
dalam mengetahui kekurangan dan kelemahan aksi, juga sebagai bahan dalam
melaksanakan analisa SWOT untuk aksi mendatang.
3.
Rekomendasi, dari hasil-hasil yang telah
dicapai melalui aksi dapat dikerangkakan menjadi sebuah masukan untuk
gerakan yang akan dilaksanakan selanjutnya.
Kondisi lapangan
Pada saat melaksanakan aksi, situasi dan kondisi di lapangan sangat tidak
mudah untuk dipastikan. Bisa saja sesuai tepat dengan apa yang sudah
direncakanan, namun terkadang seringkali terjadi chaos (bentrok). Bentrok
seringkali terjadi dengan aparat kepolisian maupun kelompok lain yang kontra
terhadap aksi yang kita laksanakan. Namun hal ini bukan berarti hal yang harus
ditakuti. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kemampuan dalam mengadaptasikan
diri terhadap situasi dan kondisi yang mungkin akan terjadi. Selain itu,
pengintegrasian terhadap segala hal secara hati-hati juga dibutuhkan. Dalam
artian, massa aksi khususnya coordinator umum dan coordinator lapangan harus
mampu menentukan sikap terhadap situasi serta kondisi yang demikian. Sehingga
massa aksi tidak cair dengan begitu saja.
Makalah ini
hanya menyampaikan sedikit sekali hal sederhana menyangkut manajemen aksi, kita
bisa lebih banyak mengerti ketika kita telah melakukannya. Sering terjadi, apa
yang tertulis jauh berbeda dengan apa yang terjadi di lapangan.
Sekian terimakasih....
0 komentar:
Posting Komentar